Baca Juga
itorkeruhnews. com-Selain Komite Sekolah, kini muncul istilah baru di lingkungan sekolah, yakni Koorlas atau Koordinator Kelas orang tua siswa.
Meskipun terdengar serupa, Koorlas memiliki peran yang berbeda dengan Komite Sekolah. Koorlas bertugas sebagai penghubung antara sekolah dan orang tua siswa, memfasilitasi komunikasi yang efektif antara keduanya.
Namun, belakangan ini peran Koorlas justru menjadi sumber keluhan dari banyak orang tua.
Keluhan ini banyak tersebar di berbagai media sosial, dengan banyak orang tua mengungkapkan bahwa Koorlas yang semestinya berfungsi sebagai koordinator orang tua siswa justru berubah menjadi ajang gosip dan bahkan penggalangan dana.
Tak sedikit orang tua siswa yang merasa keberatan dengan sejumlah iuran yang diminta oleh Koorlas, mulai dari uang kas, fasilitas kelas d sekolah, hingga biaya kegiatan hari guru.
“Jika ada orang tua siswa yang menunggak iuran, Ketua Koorlas bisa bertindak seperti debt collector, bahkan hingga mengucilkan orang tua dan anaknya,” ujar salah seorang orang tua yang enggan disebutkan namanya.
Ia menambahkan bahwa, meskipun iuran tersebut terlihat kecil seperti 15 ribu rupiah, bagi sebagian orang tua hal itu bisa menjadi beban berat, sementara bagi yang lebih mampu, jumlah tersebut tak berarti apa-apa.
Keluhan lain juga datang dari banyak orang tua yang merasa keberatan dengan acara-acara yang dibuat oleh Koorlas, yang dianggap tidak penting dan mengeluarkan biaya besar.
Beberapa di antaranya termasuk iuran untuk pembuatan seragam, dress code yang harus dipakai, hingga biaya kegiatan yang tidak terkait langsung dengan kebutuhan sekolah.
"Seharusnya Koorlas hanya mengurus hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan sekolah dan komunikasi antara orang tua dan pihak sekolah, bukan mengurus sapu yang rusak atau masalah-masalah kecil lainnya," tambah orang tua tersebut.
Sebagian orang tua merasa bahwa keberadaan Koorlas justru memberatkan mereka, terutama bagi mereka yang memiliki keterbatasan ekonomi.
Dengan adanya berbagai iuran dan permintaan dana yang terus menerus, banyak yang merasa beban semakin bertambah. Hal ini menciptakan ketidakpuasan yang semakin meluas di kalangan orang tua siswa.
Banyak pihak kini merasa bahwa keberadaan Koorlas, yang sejatinya adalah untuk membantu memperlancar komunikasi antara orang tua dan sekolah, telah menyimpang jauh dari tujuan awalnya.
Dengan adanya Koorlas yang tidak jarang berperan sebagai "penagih" dan sumber gosip, banyak orang tua yang berharap agar peran ini dihilangkan.
Masyarakat meminta agar Dinas Pendidikan dan Bupati Purwakarta segera turun tangan untuk membubarkan keberadaan Koorlas di setiap sekolah di Kabupaten Purwakarta.
Mereka menganggap bahwa Komite Sekolah sudah cukup untuk mengurus semua urusan yang berkaitan dengan sekolah dan orang tua siswa.
Dengan adanya perhatian dari pemerintah daerah, diharapkan masalah ini dapat segera diselesaikan agar semua pihak merasa diuntungkan dan terhindar dari beban yang tidak perlu(**).